Wednesday, January 27, 2010

Siapa Patut ternobat sebagai Sasterawan Negara

Selepas Anwar Ridhwan, siapakah yang layak dinobatkan sebagai Sasterawan Negara (SN)?
Saya telah lama menanti Baha Zain terpilih tetapi nampaknya orang belum nampak sumbangan beliau dalam pemikiran sastera dan pemikiran budaya. Bukan sahaja dalam karya kreatif, malah dalam tulisan dan percakapannya pun sarat dengan idea yang baik-baik. Seorang lagi yang patut diperhatikan tentulah Azizi Haji Abdullah...dan Kemala juga. Entahlah, soal pilihan hanyalah kebenaran relatif, bukannya mutlak. jadi sesiapa sahaja yang dipilih sebagai panel akan berkuasa menentukan "kebenaran". Maka kita terima sahajalah nanti siapa yang akan terpilih. Mujur juga ada yang terpilih...jangan berulang lagi kita gersang dan tandus SN untuk beberapa tahun.

Semoga Ketua pengarah DBP akan semakin yakin menjalankan tugasnya dengan baik. Tentang prestasi beliau, saya tiada komen. Kalau ada yang merimaskan saya akan saya kemukakan kepadanya beliau secara terus. Saya lebih senang berdebat secara terbuka daripada mengkritik dari belakang tanpa mengetahui isi hatinya dan tanpa dia mengetahui isi hati kita. Malangnya selama ini dia dikelilingi oleh orang yang tidak berani berhujah untuk membahaskan keputusannya.

Thursday, January 21, 2010

Hidup Adalah Sepotong Ayat

Membaca keluhan dan rintihan teman-teman dalam blog masing-masing (Lutfi, Arif, Zakir, Rahimidin, Shamsudin, Marsli, dan Kekanda Abdillah SM) menjadikan saya semakin hilang dalam keriuhan. Sukar saya balas dan ulas pandangan mereka secara terbuka atas sebab tertentu, lalu rasanya elok saya kembalikan sajak ini untuk menjelaskan isi hati. Sajak ini sudah lama, lebih 10 tahun, tapi maknanya terhimbau sepanjang zaman.



Hidup Adalah Sepotong Ayat

Hidup adalah sepotong ayat:
bermula dengan kesenyapan
berakhir dengan kesenyapan.

Di tengah-tengahnya
kita belajar mengatur nada
kita mengenal makna kata
-yang semantik dan yang pragmatik
tidak membawa erti yang sama.

Terlalu panjang kita berkata
tak terfikir tanda baca
di mana mengambil nafas
di mana menandakan keras.

Kita sering keliru
antara kata yang diujarkan
dengan makna yang dimaksudkan
kerana lidah tidak sering
menyetujui hati
dan hati tidak mahu
membinasakan lidah.

Kita terlalu berharap
orang mentafsir
kata yang samar
tapi mereka sering tersasar
dan faham menjadi semakin liar.

Pertemuan yang panjang
kata yang berbayang
ayat yang berpancang
hanya mengatur
makna yang gersang.

Daripada berkata
yang bersilang
lebih baik aku senyap
kerana itulah permulaan
kerana itulah pengakhiran.


1997—1998

Wednesday, January 20, 2010

Selamat Menemui Pencipta

Selamat jalan guruku, Dr Anuar Nor Arai, semoga tuan diiring ke laman jannah.
Dr Anuar Nor Arai yang kembali ke rahmatullah semalam pukul 5.20 petang pernah membimbing saya dalam bidang penulisan pada tahun 1986 atau 1987. Beliau mengajarkan subjek Retorik 2 sebagai sambungan daripada Retorik 1 yang diajarkan oleh Prof Abu Bakar Hamid. Cara pengajarannya berbeza daripada orang lain. beliau banyak menyuburkan intelektualiti. Datang ke kelas dengan sepotong petikan daripada pandangan ahli falsafah lalu kami diminta membuat ulasan. Beliau berterus terang dalam segala komentarnya. Seronok belajar daripada beliau dan ada ilmu yang saya warisi daripadanya. Kami dilatih menjadi kritis dalam penghujahan.
Saya tidak mengambil subjek Filem daripada beliau kerana tidak mampu menerjuni bidang itu.
Sekarang beliau telah pergi dan meninggalkan ratusan malah ribuan anak murid yang pernah mengutip ilmu daripadanya. al-Fatihah. Saya mahu menziarahi jenazahnya di masjid Seksyen 19 Shah Alam sebentar lagi. Jenazah akan dibawa ke situ pukul 11 pagi ini untuk disembahyangkan dan dikebumikan.

Hukum sambut perayaan agama lain

Penulis: Asy Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan

Hukum menyambut dan merayakan hari Raya non Muslim (Natal/Tahun Baru/Imlek, red)

Sesungguhnya di antara konsekwensi terpenting dari sikap membenci orang-orang kafir ialah menjauhi syi'ar dan ibadah mereka. Sedangkan syi'ar mereka yang paling besar adalah hari raya mereka, baik yang berkaitan dengan tempat maupun waktu. Maka orang Islam berkewajiban menjauhi dan meninggalkannya.

Ada seorang lelaki yang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menanyakan kepadanya (yang artinya) : " Apakah disana ada berhala, dari berhala-berhala orang Jahiliyah yang disembah ?" Dia menjawab, "Tidak". Beliau bertanya, "Apakah di sana tempat dilaksanakannya hari raya dari hari raya mereka ?" Dia menjawab, "Tidak". Maka Nabi bersabda, "Tepatillah nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam"
[Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim]

Hadits diatas menunjukkan, tidak bolehnya menyembelih untuk Allah di bertepatan dengan tempat yang digunakan menyembelih untuk selain Allah ; atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab hal itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi'ar-syi'ar mereka, dan juga karena menyerupai mereka atau menjadi wasilah yang mengantarkan kepada syirik. Begitu pula ikut merayakan hari raya (hari besar) mereka mengandung wala' (loyalitas) kepada mereka dan mendukung mereka dalam menghidupkan syi'ar-syi'ar mereka.

Di antara yang dilarang adalah menampakkan rasa gembira pada hari raya mereka, meliburkan pekerjaan (sekolah), memasak makanan-makanan sehubungan dengan hari raya mereka (kini kebanyakan berpesiar, berlibur ke tempat wisata, konser, acara musik, diakhiri mabuk-mabukan atau perzinaan, red).

Dan diantaranya lagi ialah mempergunakan kalender Masehi, karena hal itu menghidupkan kenangan terhadap hari raya Natal bagi mereka. Karena itu para shahabat menggunakan kalender Hijriyah sebagai gantinya.

Syaikhul Islam Ibnu Timiyah berkata, "Ikut merayakan hari-hari besar mereka tidak diperbolehkan karena dua alasan".

Pertama. Bersifat umum, seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa hal tersebut berarti mengikuti ahli Kitab, yang tidak ada dalam ajaran kita dan tidak ada dalam kebiaasaan Salaf. Mengikutinya berarti mengandung kerusakan dan meninggalkannya terdapat maslahat menyelisihi mereka. Bahkan seandainya kesamaan yang kita lakukan merupakan sesuatu ketetapan semata, bukan karena
mengambilnya dari mereka, tentu yang disyari'atkan adalah menyelisihiya karena dengan menyelisihinya terdapat maslahat seperti yang telah diisyaratkan di atas. Maka barangsiapa mengikuti mereka, dia telah kehilangan maslahat ini sekali pun tidak melakukan mafsadah (kerusakan) apapun, terlebih lagi kalau dia melakukannya.

Alasan Kedua.
Karena hal itu adalah bid'ah yang diada adakan. Alasan ini jelas menunjukkan bahwa sangat dibenci hukumnya menyerupai mereka dalam hal itu".

Beliau juga mengatakan, "Tidak halal bagi kaum muslimin ber-Tasyabuh (menyerupai) mereka dalam hal-hal yang khusus bagi hari raya mereka ; seperti, makanan, pakaian, mandi, menyalakan lilin, meliburkan kebiasaan seperti bekerja dan beribadah ataupun yang lainnya. Tidak halal mengadakan kenduri atau memberi hadiah atau menjual barang-barang yang diperlukan untuk hari raya tersebut. Tidak halal mengizinkan anak-anak ataupun yang lainnya melakukan permainan pada hari itu, juga tidak boleh menampakkan perhiasan.

Ringkasnya, tidak boleh melakukan sesuatu yang menjadi ciri khas dari syi'ar mereka pada hari itu. (Dalam Iqtidha Shirathal Mustaqim, pentahqiq Dr Nashir Al-'Aql 1/425-426).

Hari raya mereka bagi umat Islam haruslah seperti hari-hari biasanya, tidak ada hal istimewa atau khusus yang dilakukan umat Islam. Adapun jika dilakukan hal-hal tersebut oleh umat Islam dengan sengaja [1] maka berbagai golongan dari kaum salaf dan khalaf menganggapnya makruh. Sedangkan pengkhususan seperti yang tersebut di atas maka tidak ada perbedaan di antara ulama, bahkan sebagian ulama menganggap kafir orang yang melakukan hal tersebut, karena dia telah mengagungkan syi'ar-syi'ar kekufuran.

Segolongan ulama mengatakan. "Siapa yang menyembelih kambing pada hari raya mereka (demi merayakannya) , maka seolah-olah dia menyembelih babi". Abdullah bin Amr bin Ash berkata, "Siapa yang mengikuti negera-negara 'ajam (non Islam) dan melakukan perayaan Nairuz [2] dan Mihrajan [3] serta menyerupai mereka sampai ia meninggal dunia dan dia belum bertobat, maka dia akan dikumpulkan bersama mereka pada Hari Kiamat.

Footnote :
[1] Mungkin yang dimaksud (yang benar) adalah 'tanpa sengaja'.
[2] Nairuz atau Nauruz (bahasa Persia) hari baru, pesta tahun baru Iran yang
bertepatan dengan tanggal 21 Maret -pent.
[3] Mihrajan, gabungan dari kata mihr (matahari) dan jan (kehidupan atau
ruh), yaitu perayaan pada pertengahan musim gugur, di mana udara tidak panas
dan tidak dingin. Atau juga merupakan istilah bagi pesta yang diadakan untuk
hari bahagia -pent.

(Dinukil dari tulisan Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, dalam kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy[Edisi Indonesia, Kitab Tauhid 1])

Bagaimana semestinya sikap Muslim yang tepat menyikapi hari raya Natal/Tahun Baru/Non Muslim lainnya ?

Berikut nasihat dari Komisi Tetap Saudi Arabia

"Sesungguhnya nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala kepada hamba-Nya adalah nikmat Islam dan iman serta istiqomah di atas jalan yang lurus. Allah Subhannahu wa Ta'ala telah memberitahukan bahwa yang dimaksud jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh oleh hamba-hamba- Nya yang telah diberi nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhadaa dan sholihin (Qs. An Nisaa :69).

Jika diperhatikan dengan teliti, maka kita dapati bahwa musuh-musuh Islam sangat gigih berusaha mema-damkan cahaya Islam, menjauhkan dan menyimpangkan ummat Islam dari jalan yang lurus, sehingga tidak lagi istiqomah.Hal ini diberitahukan sendiri oleh Allah Ta'ala di dalam firman-Nya, diantaranya, yang artinya: "Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesung-guh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. 2:109)

Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala yang lain, artinya: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi beng-kok, padahal kamu menyaksikan" . Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. 3:99)

Firman ALLAH (yang artinya) : " Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menta'ati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu kebelakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi". (QS. 3:149)

Salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari agama (jalan yang lurus)yakni dengan menyeru dan mempublikasikan hari-hari besar mereka ke seluruh lapisan masyara-kat serta dibuat kesan seolah-oleh hal itu merupakan hari besar yang sifatnya umum dan bisa diperingati oleh siapa saja. Oleh karena itu, Komisi Tetap Urusan Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi telah memberikan fatwa berkenaan dengan sikap yang seharusnya dipegang oleh setiap muslim terhadap hari-hari besar orang kafir.Secara garis besar fatwa yang dimaksud adalah:

Sesungguhnya kaum Yahudi dan Nashara menghubungkan hari-hari besar mereka dengan peristiwa-peritiwa yang terjadi dan menjadikannya sebagai harapan baru yang dapat memberikan keselamatan, dan ini sangat tampak di dalam perayaan milenium baru (tahun 2000 lalu), dan sebagian besar orang sangat sibuk memperangatinya, tak terkecuali sebagian saudara kita -kaum muslimin- yang terjebak di dalamnya. Padahal setiap muslim seharusnya menjauhi hari besar mereka dan tak perlu menghiraukannya.

Perayaan yang mereka adakan tidak lain adalah kebatilan semata yang dikemas sedemikian rupa, sehingga kelihatan menarik. Di dalamnya berisikan pesan ajakan kepada kekufuran, kesesatan dan kemungkaran secara syar'i seperti: Seruan ke arah persatuan agama dan persamaan antara Islam dengan agama lain. Juga tak dapat dihindari adanya simbul-simbul keagamaan mereka, baik berupa benda, ucapan ataupun perbuatan yang tujuannya bisa jadi untuk menampakkan syiar dan syariat Yahudi atau Nasrani yang telah terhapus dengan datangnya Islam atau kalau tidak agar orang menganggap baik terhadap syariat mereka, sehingga biasnya menyeret kepada kekufuran. Ini merupakan salah satu cara dan siasat untuk menjauhkan umat Islam dari tuntunan agamanya, sehingga akhirnya merasa asing dengan agamanya sendiri.

Telah jelas sekali dalil-dalil dari Al Quran, Sunnah dan atsar yang shahih tentang larangan meniru sikap dan perilaku orang kafir yang jelas-jelas itu merupakan ciri khas dan kekhususan dari agama mereka, termasuk di dalam hal ini adalah Ied atau hari besar mereka.Ied di sini mencakup segala sesuatu baik hari atau tempat yang diagung-agungkan secara rutin oleh orang kafir, tempat di situ mereka berkumpul untuk mengadakan acara keagamaan, termasuk juga di dalam hal ini adalah amalan-amalan yang mereka lakukan. Keseluruhan waktu dan tempat yang diagungkan oleh orang kafir yang tidak ada tuntunannya di dalam Islam, maka haram bagi setiap muslim untuk ikut mengagungkannya.

Larangan untuk meniru dan memeriahkan hari besar orang kafir selain karena adanya dalil yang jelas juga dikarenakan akan memberi dampak negatif, antara lain:
Orang-orang kafir itu akan merasa senang dan lega dikarenakan sikap mendukung umat Islam atas kebatilan yang mereka lakukan.
Dukungan dan peran serta secara lahir akan membawa pengaruh ke dalam batin yakni akan merusak akidah yang bersangkutan secara bertahap tanpa terasa.
Yang paling berbahaya ialah sikap mendukung dan ikut-ikutan terhadap hari raya mereka akan menumbuhkan rasa cinta dan ikatan batin terhadap orang kafir yang bisa menghapuskan keimanan.Ini sebagaimana yang difirmankan Allah Ta'ala, (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin( mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya o-rang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (QS. 5:51)

Dari uraian di atas, maka tidak diperbolehkan bagi setiap muslim yang mengakui Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai nabi dan rasul, untuk ikut merayakan hari besar yang tidak ada asalnya di dalam Islam, tidak boleh menghadiri, bergabung dan membantu terselenggaranya acara tersebut.Karena hal ini termasuk dosa dan melanggar batasan Allah.Dia telah melarang kita untuk tolong-menolong di dalam dosa dan pelanggaran, sebagaimana firman Allah, (yang artinya) : "Dan tolong-menolonglah kamu di dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS. 5:2)

Tidak diperbolehkan kaum muslimin memberikan respon di dalam bentuk apapun yang intinya ada unsur dukungan, membantu atau memeriahkan perayaan orang kafir, seperti : iklan dan himbauan; menulis ucapan pada jam dinding atau fandel; menyablon/membuat baju bertuliskan perayaan yang dimaksud; membuat cinderamata dan kenang-kenangan; membuat dan mengirimkan kartu ucapan selamat; membuat buku tulis;memberi keistimewaan seperti hadiah /diskon khusus di dalam perdagangan, ataupun(yang banyak terjadi) yaitu mengadakan lomba olah raga di dalam rangka memperingati hari raya mereka. Kesemua ini termasuk di dalam rangka membantu syiar mereka.

Kaum muslimin tidak diperbolehkan beranggapan bahwa hari raya orang kafir seperti tahun baru (masehi), atau milenium baru sebagai waktu penuh berkah(hari baik) yang tepat untuk memulai babak baru di dalam langkah hidup dan bekerja, di antaranya adalah seperti melakukan akad nikah,memulai bisnis, pembukaan proyek-proyek baru dan lain-lain. Keyakinan seperti ini adalah batil dan hari tersebut sama sekali tidak memiliki kelebihan dan ke-istimewaan di atas hari-hari yang lain.

Dilarang bagi umat Islam untuk mengucapkan selamat atas hari raya orang kafir, karena ini menunjukkan sikap rela terhadapnya di samping memberikan rasa gembira di hati mereka.Berkaitan dengan ini Ibnul Qayim rahimahullah pernah berkata, "Mengucapkan selamat terhadap syiar dan simbol khusus orang kafir sudah disepakati kaha-ramannya seperti memberi ucapan selamat atas hari raya mereka, puasa mereka dengan mengucapkan, "Selamat hari raya (dan yang semisalnya), meskipun pengucapnya tidak terjeru-mus ke dalam kekufuran, namun ia telah melakukan keharaman yang besar, karena sama saja kedudukannya dengan mengucapkan selamat atas sujudnya mereka kepada salib. Bahkan di hadapan Allah, hal ini lebih besar dosanya daripada orang yang memberi ucapan selamat kapada peminum khamar, pembunuh, pezina dan sebagainya. Dan banyak sekali orang Islam yang tidak memahami ajaran agamanya, akhirnya terjerumus ke dalam hal ini, ia tidak menyadari betapa besar keburukan yang
telah ia lakukan. Dengan demikian, barang siapa memberi ucapan selamat atas kemaksiatan, kebid'ahan dan lebih-lebih kekufuran, maka ia akan berhadapan dengan murka Allah". Demikian ucapan beliau rahimahullah!

Setiap muslim harus merasa bangga dan mulia dengan hari rayanya sendiri termasuk di dalam hal ini adalah kalender dan penanggalan hijriyah yang telah disepakati oleh para shahabat Radhiallaahu anhu, sebisa mungkin kita pertahan kan penggunaannya, walau mungkin lingkungan belum mendukung. Kaum muslimin sepeninggal shahabat hingga sekarang (sudah 14 abad), selalu menggunakannya dan setiap pergantian tahun baru hijriyah ini, tidak perlu dengan mangadakan perayaan-perayaan tertentu.
Demikianlah sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap mukmin, hendaknya ia selalu menasehati dirinya sendiri dan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan diri dari apa-apa yang menyebabkan kemurkaan Allah dan laknatNya. Hendaknya ia mengambil petunjuk hanya dari Allah dan menjadikan Dia sebagai penolong.

(Dinukil dari Fatwa Komisi Tetap untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi tentang Perayaan Milenium Baru tahun 2000.
Tertanda
Ketua: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh
Anggota: Syaikh Abdullah bin Abdur Rahman Al-Ghadyan, Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid, Syakh Shalih bin Fauzan Al Fauzan)

(Dikutip dari terjemah Kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy, Edisi Indonesia, Kitab Tauhid, Penulis Dr Shalih bin Fauzan)

Sunday, January 17, 2010

Kaedah rawatan diri

Ketika mengunjungi seorang pandai urut di pekarangan masjid Kajang saya diberi beberapa ilmu oleh ustaz tersebut. Kisahnya bermula apabila saya bertanya kepada beliau kalau-kalau ada orang yang pandai boleh membantu kawan saya yang sedang menderita kanser. Lalu dia bertanya maklumat tentang kawan saya itu. Kemudian dia seperti bertafakur dan cuba melihat dari jauh (pakai remote sensing kerohanian). Katanya dalam tubuh kawan saya itu masih ada saki baki makhluk halus yang merosakkan tubuhnya. Ustaz itu lalu memberi panduan rawatan dengan cara solat hajat dan katanya ilmu ini boleh disebarkan kepada orang lain. Oleh itu, saya hendak berkongsi ilmu ini kepada sesiapa sahaja yang mahu menerimanya.

Solat hajat perlu dilakukan sama ada selepas maghrib atau ketika qiamullail. Rakaat pertama selepas Fatihah baca ayat Kursi 3 kali dan rakaat kedua pun sama. Letak air di depan sejadh kita. Lepas solat, baca Fatihah 7 kali sambil mengenal pasti hajat kita. kemudian tiup pada air.
kemudian baca Qulhu 7 kali dan tiup pada air. Baca selawat 7 kali dan tiup pada air. baca ayat kursi 7 kali dan tiup pada air. Sampai pada ayat akhir (ayat kursi itu) ulang 7 kali pada setiap bacaan. kemudian ucap Ya Allah dalam senafas 3 kali. baca Ya Salam 160 kali dan tiup pada air. Air itu diberi minum dan disapu muka dan badan pesakit. Lepas itu baca doa: "Ya Allah aku mohon kepada Engkau segeralah sembuhkan dia daripada penyakit. Sesungguhnya Engkau Maha Penyembuh (3 kali).
Yang penting yakin pada Allah. Jangan ada keraguan sikit pun pada kekuasaan Allah.
Wassalam

Saturday, January 9, 2010

Penegasan yang Jelas

Sesiapa sahaja boleh menggunakan nama Allah bagi merujuk kepada nama tuhan tetapi nama Allah mestilah yang selari dengan pemahaman dalam Islam. Ini pandangan fatwa muzakarah Majlis Fatwa dan ditegaskan oleh YDP Agong. Pernyataan ini jelas dan cantik. Pernyataan oleh PAS tidak jelas, Pernyataan oleh DAP langsung tak muncul kerana ini bukan perjuangan mereka. Pernyataan oleh PKR mengelirukan. Pernyataan oleh UMNO ...eh apa mereka kata? Kita rujuk mahkamah dan berunding. Dah terhantuk baru tengadah.

Kita jangan terjebak dalam provokasi hingga sanggup menceroboh rumah ibadaat orang lain kerana ksannya nanti akan berbalas ke rumah ibadat kita. Ini jelas ajaran Islam. Islam melarang kita mencerca kepercayaan agama lain kerana dibimbangi oraang agama lain akan mencerca kepercayaan Islam. Indahnya ajaran Islam sebagai agama keselamatan.Salammmm

Thursday, January 7, 2010

ALLAH jadi medan tawar-menawar

Salam kepada semua yang beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW.

Berhati-hatilah kita apabila membaca buku terbitan penerbit di Indonesia yang banyak terjual di toko Gramedia mahupun Gunung Mulia dekat Kwitang, malah dikedai-kedai buku lain. Perkataan "iman" dan "Allah" digunakan untuk diayah Kristian. Membaca buku itu tanpa betul-betul melihat kandungannya akan menyebabkan kita terfana. Inilah kejayaan mereka meliberalkan pemikiran sebahagian orang Indonesia.

Sekarang gerakan Kristianiti sudah berjaya memporak-perandakan umat Islam di Malaysia. Sesama kita yang masing-masing berada dalam fikrah Islam dengan pelbagai fahaman dan aliran politiknya sudah berbantahan. Masing-masing mengaku ada autoriti dan saling menyanggah pendapat saudara seagama. Puncanya untuk membela golongan Kristian. Padahal orang Kristian di Malaysia selama ini pun tidak teraniaya dan tertindas tanpa menggunakan nama Allah. Mereka tetap berjaya ke gereja saban Ahad dan menyambut Krismas dengan meriahnya sehingga lagu Jinggle Bell sudah jadi lagu rakyat. Selama ini pun mereka sudah berjaya menakluk orang Melayu masuk ke dalam gereja mereka dan menjalani upcara pembaptisan. Gereja di PJ sudah jadi tempat masyhur kegiatan itu. Tiba-tiba mereka terjumpa satu jalan untuk memecahkan umat Islam, lalu beriya-iyalah mereka memperjuangkan penggunaan nama Allah, seolah-olah mereka juga mengaku keesaan Allah.

Sekarang nama Allah sudah menjadi medan tawar-menawar (site of negotiation) antara orang politik yang pragmatik (Lutfi dah mengamuk dalam blognya). Kononnya mereka mengakui ketuhanan Allah dan oleh itu perlu diberi kebenaran menggunakan nama itu, sedangkan hakikatnya mereka tidak mengakui keesaan Allah. Dalam agaam Kristian mereka akan kaat Allah ada anak yang bernama Jesus. Tidakkah dayus kita kalau kita membenarkan discourse ini?

Eloklah kita buat demonstrasi menentang agenda Kristian itu. Kalau tak buat bantahan, nanti Hakim kata orang Islam tak marah pun. Sekarang kita tunjukkan kemarahan kita dan bantahan kita supaay dalam penghakiman nanti gerakan ini akan menjadi alasan Hakim untuk menolak permintaan Herald dan seterusnya yang lain-lain.

Agenda mereka ini mesti dibanteras. Tidak ada dalam Perlembagaan menyatakan bahawa Kristian boleh menggunakan nama Allah. Bukankah alasan ini wajar dibangkitkan untuk melawan alasan mereka bahawa kebebasan ada pada mereka untuk menggunakan nama Allah.

Ingatlah wahai orang politik, termasuklah agamawannya seperti Mohd Nur Manuty, Khalid Samad dll: Jangan terperangkap dalam agenda Kristian sampai kita berpecah-belah. Anwar Ibrahim juga sudah perlu ditinggalkan kerana tidak lagi dapat menjadi pendukung aspirasi kita selagi dia tidak kembali ke jalan yang benar.

Sunday, January 3, 2010

Tahun Baru cabaran baru

Bukan penting sangat tarikh 1 Januari pada saya tetapi apabila tarikh ini menjadi ukuran penjadualan kerja dan hidup masyarakat di Malaysia terpaksalah saya mengakuinya.
Tahun ini bermula dengan cabaran baru yang sebenarnya dah lama, iaitu isu penggunaan nama Allah. Saya menentang keras (tapi setakat manalah kerasnya saya) penggunaan nama Allah oleh agama lain di Malaysia. Kita ada budaya dan pemahaman tersendiri yang akan mengakibatkan risiko lebih buruk. Malam tadi saya berbual dengan kawan-kawan di bawah pokok sambil minum jus epal panas dan lamb chop yang hangus sekembalinya kami dari rumah Sdr Hanafi Ibrahim untuk majlis tahlil arwah adiknya yang baru dikebumikan siang Ahad semalam. Seorang kawan membangkitkan cerita bahawa Tuan Guru Nik Aziz menyokong penggunaan nama Allah itu. Kawan saya entah mungkin kerana taasub terus cuba membela Nik Aziz sedangkan saya tetap tidak bersetuju. Ada kecenderungan daripada kawan-kawan, apabila kenyataan itu dikueluarkan oleh pemimpin PAS maka akan disetujui. Saya tidak begitu. Biar siapa pun orangnya, tak kena dengan prinsip saya akan saya tentang dan kalau sejalan dengan saya akan saya sokong. Dengan itu saya menyokong keberanian dan kelantangan Ibrahim Ali membuat bantahan walaupun saya tidak pernah menjadi penyokong beliau (penentang pun tidak). Mujurlah Tuan Guru Nik Aziz membuat kenyataan lain dalam akhbar hari ini bahawa beliau menentang penggunaan nama Allah oleh agama Kristian. Sekarang nampaknya Khalid Samad masih dengan pendiriannya. Dia sudah menjadi lain di mata saya.

Sembang kami berakhir hampir pukul 11 dan saya yang tidak berapa sihat kerana demam dan kepenatan sedikit mahu segera pulang. Pada siang Ahad saya menghadiri dua pengebumian di tempat saya. Pengebumian pertama ialah adik Sdr Hanafi Ibrahim di Tanah Perkuburan Bdr Tun Hussein Onn.. Kemudian ada seorang lagi anak muda jiran yang juga meninggal tetapi dikebumikan di Tanah perkuburan Ceras Perdana. Pada petangnya semasa saya ke surau untuk solat asar, ada lagi satu kematian, iaitu ibu kawan surau kami, Azmi Inin. Maknanya, ada tiga kematian yang perlu diuruskan dalam satu hari.

Banyaknya kematian menginsafkan saya. hidup kita ibarat buih di hujung ombak. akan pecah apabila tergeser dengan angin.
tahun baru ini nampaknya ada cabaran baru, selain cabaran lama sedang saya geluti setiap hari. aduh... sakitnya.Takbir..Allahuakbar! (seruan ini untuk semua umat islam bukan milik parti tertentu, jadi orang UMNO jangan takut mengucapkannya)