Lemas kita dilanda curiga
antara setia dengan pembela
Selamanya wira dinilai oleh masa
selamanya wira dicanai oleh kuasa
selamanya wira dijulang oleh dusta
selamanya wira dinobat oleh harta.
Akhirnya wira entah di mana
di depan kita pengkhianat bangsa.
Bangunlah dari lena khayali
segeralah keluar dari mimpi
kita kembalikan kata pada lidah
kita pulangkan pandang pada akal
kita keringkan rajuk pada tindak.
Akal tak pernah mengalah
kalau diajak bertelagah
tapi selamanya kita mematikan akal
kerana akal membijaksanakan manusia
dan si bijak tidak perlu hidup
seperti wajarnya si budak ditikam
atas bijaksananya yang mengancam.
(Ah! sejarah todak kerap sangat berulang tandang)
Marilah kita didihkan akal
mentafsir kata dengan sempurna
--ada waktunya berontak itu keji
--ada waktunya berontak itu suci
--ada waktunya berontak itu cemar
--ada waktunya berontak itu samar
Berubah musim beralih sikap
bertukar pimpin bersalin harap
tapi pejuang tidak pernah terpuja
tika darahnya mengucur seksa
tika matanya dicungkil buta
tika tangannya diikat waja
tika kakinya dirantai sula
dan kita mengulang keanehan
berebut menabur bunga dan pandan
di dada mereka setelah kematian.
Sesal hanya datang sekali
tapi seksanya sepanjang hayat
lukanya berparut berabad-abad.
Jabatan Pengajian Media
Universiti Malaya
(Dlm. GAPENA (peny.). Aksara Merdeka, Kuala lumpur: Gapeniaga, 2000)